Wednesday 9 September 2009

perlu gak sih komunikasi lintas budaya (1)

ALASAN MEMPELAJARI KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA

Budaya-budaya yang berbeda memiliki sistem-sistem nilai yang berbeda dan karenanya ikut menentukan tujuan hidup yang berbeda, juga menentukan cara berkomunikasi kita yang sangat dipengaruhi oleh bahasa, aturan dan norma yang ada pada masing-masing budaya. Sehingga sebenarnya dalam setiap kegiatan komunikasi kita dengan orang lain selalu mengandung potensi komunikasi lintas budaya atau antar budaya, karena kita akan selalu berada pada “budaya” yang berbeda dengan orang lain, seberapa pun kecilnya perbedaan itu.

Perbedaan-perbedaan ekspektasi budaya dapat menimbulkan resiko yang fatal, setidaknya akan menimbulkan komunikasi yang tidak lancar, timbul perasaan tidak nyaman atau timbul kesalahpahaman. Akibat dari kesalahpahaman-kesalahpahaman itu banyak kita temui dalam berbagai kejadian yang mengandung etnosentrisme dewasa ini dalam wujud konflik-konflik yang berujung pada kerusuhan atau pertentangan antar etnis.

Sebagai salah satu jalan keluar untuk meminimalisir kesalahpahaman-kesalahpahaman akibat perbedaan budaya adalah dengan mengerti atau paling tidak mengetahui bahasa dan perilaku budaya orang lain, mengetahui prinsip-prinsip komunikasi lintas budaya dan mempraktekkannya dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Kebutuhan untuk mempelajari komunikasi lintas budaya ini semakin terasakan karena semakin terbukanya pergaulan kita dengan orang-orang dari berbagai budaya yang berbeda, disamping kondisi bangsa Indonesia yang sangat majemuk dengan berbagai ras, suku bangsa, agama, latar belakang daerah (desa/kota),latar belakang pendidikan, dan sebagainya.

Untuk memerinci alasan dan tujuan mempelajari komunikasi lintas budaya Litvin (1977) menyebutkan beberapa alasan diantaranya sebagai berikut:
1. Dunia sedang menyusut dan kapasitas untuk memahami keanekaragaman budaya sangat diperlukan.
2. Semua budaya berfungsi dan penting bagi pengalaman anggota-anggota budaya tersebut meskipun nilai-nilainya berbeda.
3. Nilai-nilai setiap masyarakat se”baik” nilai-nilai masyarakat lainnya.
4. Setiap individu dan/atau budaya berhak menggunakan nilai-nilainya sendiri.
5. Perbedaan-perbedaan individu itu penting, namun ada asumsi-asumsi dan pola-pola budaya mendasar yang berlaku.
6. Pemahaman atas nilai-nilai budaya sendiri merupakan prasyarat untuk mengidentifikasi dan memahami nilai-nilai budaya lain.
7. Dengan mengatasi hambatan-hambatan budaya untuk berhubungan dengan orang lain kita memperoleh pemahaman dan penghargaan bagi kebutuhan, aspirasi, perasaan dan masalah manusia.
8. Pemahaman atas orang lain secara lintas budaya dan antar pribadi adalah suatu usaha yang memerlukan keberanian dan kepekaan. Semakin mengancam pandangan dunia orang itu bagi pandangan dunia kita, semakin banyak yang harus kita pelajari dari dia, tetapi semakin berbahaya untuk memahaminya.
9. Pengalaman-pengalaman antar budaya dapat menyenangkan dan menumbuhkan kepribadian.
10. Keterampilan-keterampilan komunikasi yang diperoleh memudahkan perpindahan seseorang dari pandangan yang monokultural terhadap interaksi manusia ke pandangan multikultural.
11. Perbedaan-perbedaan budaya menandakan kebutuhan akan penerimaan dalam komunikasi, namun perbedaan-perbedaan tersebut secara arbitrer tidaklah menyusahkan atau memudahkan.
12. Situasi-situasi komunikasi antar budaya tidaklah statik dan bukan pula stereotip. Karena itu seorang komunikator tidak dapat dilatih untuk mengatasi situasi. Dalam konteks ini kepekaan, pengetahuan dan keterampilannya bisa membuatnya siap untuk berperan serta dalam menciptakan lingkungan komunikasi yang efektif dan saling memuaskan.

Sedangkan mengenai tujuan mempelajari komunikasi lintas budaya, Litvin (1977) menguraikan bahwa tujuan itu bersifat kognitif dan afektif, yaitu untuk:
1. Menyadari bias budaya sendiri
2. Lebih peka secara budaya
3. Memperoleh kapasitas untuk benar-benar terlibat dengan anggota dari budaya lain untuk menciptakan hubungan yang langgeng dan memuaskan orang tersebut.
4. Merangsang pemahaman yang lebih besar atas budaya sendiri
5. Memperluas dan memperdalam pengalaman seseorang
6. Mempelajari keterampilan komunikasi yang membuat seseorang mampu menerima gaya dan isi komunikasinya sendiri.
7. Membantu memahami budaya sebagai hal yang menghasilkan dan memelihara semesta wacana dan makna bagi para anggotanya
8. Membantu memahami kontak antar budaya sebagai suatu cara memperoleh pandangan ke dalam budaya sendiri:asumsi-asumsi, nilai-nilai, kebebasan-kebebasan dan keterbatasan-keterbatasannya.
9. Membantu memahami model-model, konsep-konsep dan aplikasi-aplikasi bidang komunikasi antar budaya.
10. Membantu menyadari bahwa sistem-sistem nilai yang berbeda dapat dipelajari secara sistematis, dibandingkan, dan dipahami.

PENGERTIAN KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA

Komunikasi lintas budaya merupakan salah satu bidang kajian Ilmu Komunikasi yang lebih menekankan pada perbandingan pola-pola komunikasi antar pribadi diantara peserta komunikasi yang berbeda kebudayaan.
Pada awalnya, studi lintas budaya berasal dari perspektif antropologi sosial dan budaya sehingga kajiannya lebih bersifat depth description, yakni penggambaran yang mendalam tentang perilaku komunikasi berdasarkan budaya tertentu.
Banyak pembahasan komunikasi lintas budaya yang berkisar pada perbandingan perilaku komunikasi antarbudaya dengan menunjukkan perbedaan dan persamaan sebagai berikut:
1. Persepsi, yaitu sifat dasar persepsi dan pengalaman persepsi, peranan lingkungan sosial dan fisik terhadap pembentukan persepsi
2. Kognisi, yang terdiri dari unsur-unsur khusus kebudayaan, proses berpikir, bahasa dan cara berpikir.
3. Sosialisasi, berhubungan dengan masalah sosialisasi universal dan relativitas, tujuan-tujuan institusionalisasi; dan
4. Kepribadian, misalnya tipe-tipe budaya pribadi yang mempengaruhi etos, dan tipologi karakter atau watak bangsa.

PERBEDAAN KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA DENGAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA, KOMUNIKASI TRANSRASIAL DAN KOMUNIKASI INTERNASIONAL.

Jika komunikasi lintas budaya lebih menekankan pada perbandingan pola-pola komunikasi antarpribadi diantara peserta komunikasi yang berbeda kebudayaan, maka studi komunikasi antarbudaya lebih mendekati objek melalui pendekatan kritik budaya.
Aspek utama dari komunikasi antar budaya adalah komunikasi antar pribadi diantara komunikator dan komunikan yang kebudayaannya berbeda.


Komunikasi internasional merupakan komunikasi yang bersifat interaktif yang menggunakan media. Objek formal komunikasi internasional senantiasa berhubungan dengan media massa yang dianggap sebagai agen penyebaran berita-berita internasional dari media “sumber” di satu negara kepada “penerima” di negara lain.
Komunikasi internasional pada umumnya melibatkan dua atau lebih negara di mana produk komunikasi massa disebarkan melintasi batas negara melalui struktur jaringan komunikasi tertentu.
Secara lebih spesifik, studi-studi komunikasi internasional dapat dikategorikan atas pendekatan maupun metodologi sebagai berikut:
1. Pendekatan peta bumi (geographical approach) yang membahas arus informasi maupun, liputan internasional pada bangsa atau negara tertentu, wilayah tertentu, ataupun lingkup dunia, disamping antar wilayah.
2. Pendekatan media (media approach), adalah pengkajian berita internasional melalui satu medium atau multi media.
3. Pendekatan peristiwa (event approach) yang mengkaji satu peristiwa lewat medium.
4. Pendekatan ideologis (ideological approach), yang membandingkan sistem pers antar bangsa atau melihat penyebaran arus berita internasional dari sudut ideologis semata-mata.
Selanjutnya kita akan membicarakan tentang komunikasi transrasial. Transrasial berarti melintasi batas rasial. Dalam antropologi, konsep transrasial ini sama dengan konsep antar etnik. Smith (1973) mengatakan bahwa kelompok etnik adalah sekelompok orang yang dipersatukan oleh kesamaan warisan sejarah, kebudayaan, aspirasi, cita-cita dan harapan, tujuan, bahkan kecemasan dan ketakutan yang sama.

Komunikasi transrasial sebenarnya memiliki kemiripan dengan komunikasi lintas budaya, hanya saja dalam komunikasi transrasial lebih diarahkan pada proses komunikasi internasional yang meliputi komunikasi diantara mereka yang berbeda etnik dan ras. Komunikasi transrasial bisa berbentuk diadic dan bisa juga berbentuk komunikasi massa.
Ada empat kategorisasi komunikasi transrasial “diadic” yang didasarkan pada: 1) Kesamaan kodifikasi, yang meliputi proses pembakuan kode-kode komunikasi/simbol dan “sign” yang tumpang tindih; 2) Kedekatan pengirim dan penerima; 3) masalah perspektif; dan 4) Keterampilan umum berkomunikasi.


to be continued............

BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIF ?


PADA TATARAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL , MENGAPAMENJADI KOMUNIKATOR YANG EFEKTIF MENJADI SEBUAH KEHARUSAN?

Ing Nyatane.....
80% Waktu yang kita punya digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Ke atas, ke bawah atau ke samping, di dalam organisasi kita atau di luar organisasi dengan para client, pelanggan serta unit-unit lain. Karena itu, mengembangkan kemampuan berkomunikasi sangatlah penting.

Ing Nyatane....
1/3 Kehidupan orang dewasa dihabiskan di tempat kerja dan kemampuan berkomunikasi yang baik yang dikembangkan di tempat kerja akan merambat kepada meningkatnya mutu kehidupan pribadi.

So... Kalau kita ingin tim kita meraih sukses, orang-orang di dalam tim harus mampu berbicara satu sama lain dan juga mampu mendengarkan. Inilah kunci keberhasilan sebuah komunikasi.

Seandainya saya harus menyebutkan
satu saja instrumen kepemimpinan
yang serbaguna, itu adalah...
KOMUNIKASI
(John W Gardner)

Istilah komunikasi asalnya dari bahasa Yunani :
@. commune (percakapan atau pergaulan)
@. communion (bersama).
Karena itu, tujuan komunikasi disini untuk membentuk suatu kebersamaan.

Komunikator (Source / Sumber) adalah awal mula suatu pesan.
Komunikator dapat berupa individu atau beberapa individu.
Komunikan (Receiver / penerima) adalah seseorang Atau sekelompok orang yang menjadi sasaran pesan.

Pesan (message) dapat berupa lambang atau tanda seperti tulisan atau lisan.
Channel adalah saluran yang digunakan dalam penyampaian pesan. Saluran dapat terdiri dari
komunikasi massa (radio, koran, TV, baliho dll) dan komunikasi interpersonal (face to face).

Apa yang paling penting dalam sebuah komunikasi ?
EFFEKTIFITAS ataukah EFFISIENSI

Secara mendasar, ada 3 elemen penting dalam proses komunikasi :

Siji. EFFECT.
Komunikasi dikatakan effective bila berhasil menimbulkan effect. Pada taraf pertama, effect tersebut berupa perhatian (attention) sedangkan pada taraf akhir, effect yang kita inginkan berupa tercapainya tujuan komunikasi. Effect dapat diketahui dari reaksi arus balik (feedback)
dari komunikan. Effect dapat diukur dengan mengetahui adanya :

1. Komunikasi antar persona yang membicarakan message yang diberikan.
2. Partisipasi komunikan secara aktif.

Loro. FEED BACK.
Feedback adalah tanggapan dari pihak komunikan atas pesan yang diterima. Hati-ati dengan feedback, jangan sampai salah tafsir.

Tilu. NOISE.
Noise yaitu faktor-faktor fisik dan non fisik yang dapat menggangu kelancaran proses komunikasi.

Sedangkan Noise sendiri dapat dikelompokkan menjadi 2 :

a. Channel Noise.
Gaduh, bising, gema, pengaruh cuaca dll.
b. Semantic Noise.
Kesalahpahaman antara komunikator dengan komunikan. Karena itu perlu redudancy dan clearity.

Proses komunikasi akan berjalan baik atau efektif jika terdapat overlaping of interest diantara komunikator dengan komunikan, yakni adanya kesamaan dalam hal :

Kerangka Referensi ( Frame of Reference )
Bidang Pengalaman ( Field of Experience )



TUJUAN DAN AKIBAT KOMUNIKASI

Secara umum akibat ( hasil-impact ) komunikasi
dapat terjadi dalam 3 tahap yakni :
1. Cognitive Effect (Tahap Kognitif).
Tahap menimbulkan kesadaran dan perubahan pada
apa yang diketahui, dipahami dan dipersepsi.
2. Affective Effect (Tahap Afektif).
Yaitu tahap pembentukan sikap atau perasaan. Berhubungan dengan emosi, sikap atau nilai.
3. Psychomotor Effect (Behavioral Effect atauTahap Konatif)
Yaitu tahap pembentukan atau perubahan perilaku / tindakan.

KOMUNIKASI ITU PENTING
Bayangkan Anda berada di sebuah tim yang para anggotanya tidak pernah saling memberitahu apa yang sedang terjadi. Tentu Anda akan frustasi, karena :
1. Tim menjadi mandeg karena tak seorangpun tahu apa agenda sesungguhnya.
2. Tugas-tugas penting tidak selesai karena setiap orang beranggapan bahwa temannyalah
yang akan menyelesaikan.
3. Sering tidak efisien karena orang-orang menyelesaikan tugas-tugas yang sama.

CARA BERKOMUNIKASI PEMIMPIN DENGAN ANGGOTATIM
Pemimpin yang baik selalu mengundang, mendengarkan dan mendorong partisipasi.
Cara komunikasi yang harus dipakai :

KONSISTEN
JELAS
SOPAN

CARA BERKOMUNIKASI ANGGOTATIM DENGAN PEMIMPIN
Pemimpin yang baik tidak pernah menginginkan orang-orang yang selalu meng-iya-kan saja. Komunikasi yang diharapkan adalah :

LANGSUNG, JUJUR
DAN TERBUKA.
DISAMPAIKAN DENGAN RASA
HORMAT.

CARA BERKOMUNIKASI ANTAR SESAMAANGGOTA TIM.
Tim yang sukses para anggotanya harus Selalu berkomunikasi demi kebaikan dan Tujuan bersama.

BERSIKAPMENDUKUNG.
MEMPRIORITASKAN
YANG SEKARANG.

CARA BERKOMUNIKASI TIM KEPADA PUBLIK RECEPTIVE.

RESPONSIVE.
REALISTIS.

Komunikasi di media massa akan mempunyai efek yang kuat jika ditunjang oleh beberapa kondisi sebagai berikut :

1. EKSPOSUR.
2. KREDIBILITAS.
3. KONSONANSI.
4. SIGNIFIKANSI.
5. SENSITIF.
6. SITUASI KRITIS.
7. DUKUNGAN KOMUNIKASI ANTAR PERSONAL.

PEMIKIRAN BERSAMA Seberapakah komitmen kita untuk selalu berkomunikasi dengan baik
kepada orang lain ?
Apakah kita mendukung setiap orang, bahkan orang-orang yang bukan teman kita sekalipun ? Apakah kita selalu bersikap terbuka, bahkan pada hal-hal Yang tidak menyenangkan ?
Apakah kita menyimpan dendam pada seseorang dalam tim kita ?