Sunday 12 June 2011

APA ITU PUBLIC RELATION ( A Short Brief about Public Relations )


Public Relations atau dalam bahasa Indonesia, biasa disebut dengan Humas (yaitu, hubungan masyarakat). Pada pemahaman awal, orang awam akan mengerti bahwa struktur ini memang disiapkan untuk menjadi “juru bicara” bagi institusi untuk memberikan informasi resmi kepada pihak-pihak luar. Untuk model institusi non profit, NGO biasanya kita menyebut, termasuk pada NGO skala besar seperti WWF, Greenpeace, struktur PR ini biasanya berbentuk Corporate PR.

Sedangkan untuk institusi bertipe profit oriented (biasanya berbentuk perus

Friday 10 June 2011

Tantangan Masa Kini dalam Hubungan Orang tua dan Anak di Indonesia

Tantangan Masa Kini
 
Anak-anak Indonesia masa kini tumbuh dalam fasilitas yang nyaris serba ada. Dengan dukungan ekonomi keluarga yang lebih mapan, mereka mudah mengeksplorasi segala hal. Dibandingkan dengan lima atau bahkan sepuluh tahun lalu pun kondisinya sudah berbeda sekali

Sementara itu, diperkenalkan oleh tayangan TV dan orang dewasa di lingkungan sekitarnya, anak-anak juga mengenal percintaan di usia yang sangat dini. Anak TK bahkan sudah dapat menyatakan kesukaannya pada lawan jenis. Tentunya dengan presepsi sesuai usianya.

Dukungan fasilitas serta kondisi lingkungan seperti itu mendatangkan masalah tersendiri bagi anak. Kedekatan mereka dengan gadget dan akses internet membuat mereka teramat tergantung dengan teknologi.

Lantas, saya pribadi melihat bahwa anak-anak sekarang juga berani memasuki dunia pergaulan di dunia maya. Padahal, mereka belum sepenuhnya bisa memilah. “Ada bahaya yang mungkin timbul dari pertemanan dengan orang asing di social media.
Selain itu, anak juga terlampau sering terpapar dengan tontonan tidak sehat, seperti sinetron. Tayangan tersebut membuat mereka mudah berkata kasar. hal itu akan berdampak pada pemikiran mereka yang menganggap berkata kasar merupakan bagian yang biasa dalam pergaulan

Di lain sisi, ini yang paling penting, ada komunikasi yang terputus antara orang tua dan anak. Sering kali, ekspektasi anak terhadap orang tuanya gagal tersampaikan secara utuh. seringkali saat anak belum selesai mengutarakan harapannya, ayah ibunya sudah keburu memotong. mungkin cara  seperti ini bisa diterapkan orang tua kepada anak kecil mereka karena beranggapan anak kecil belum bisa secara objektif memilih, namun permasalahan akan mulai muncul saat anak beranjak remaja. permasalahan lainnya adalah gagalnya orang tua untuk menyadari bahwa setiap manusia, termasuk anak anak mereka, bahkan yang kembar identik sekalipun, memiliki keunikan dan karakter yang berbeda. orang tua tidak bisa selalu menerapkan standar atau cara yang sama untuk berkomunikasi antara anak yang satu dengan saudaranya.

misalnya Ketika nilai ulangan jelek, orang tua tidak mendengar sampai tuntas penyebab versi anak. Padahal, anak membutuhkan dukungan ayah bundanya. jadi cobalah untuk menurunkan ego sedikit agar bisa merasakan masalah yang dialami anak.

saya sedang mempelajari dan mendalami ini, tentunya pengalaman dan wawasan masa remaja ortu tidak sepenuhnya bisa dijadikan pedoman yg tidak dapat diganggu gugat, masalahnya bagaimna dengan orang tuayang masih beranggapan bahwa mereka..lebih tahu daripada anaknya, masi banyak orang tua yang menggunakan "diam dan manut2 saja tanpa menangapi omongan orang tua" sebagai lambang kepatuhan.

dan inilah yang biasanya menjadi masalah, lingkungan dan perkembangan komunikasi dan informasi merubah generasi kita, dengan frenster dan fesbuk saja membuat anak anak muda terbiasa mengungkapkan perasaan dan pikiran2nya, suasana hatinya, apa jadinya ketika di rumah orang tua masih berusaha membatasi komunikasi dengan anak anaknya.... 

ujung ujungnya ketidaknyamanan dan perasaan "keluarga tidak sesuai yg diharapkan" dari anak akan membuat mereka mencari penenang di luar sana ^-^
 
yang dirasa paling menonjol dari remaja sekarang adalah karakter mereka yang menjadi lebih tahu informasi seputardunia mereka dan juga banyaknya wadah mengeksiskan diri dngan mencurahkan perasaan dan pikiran mereka lewat tweet, status dll. 
 
biasanya orang tua yang bisa memahami anaknya akan berkata, " kalau papa, mama dlu kek gini pas sekolah, tapi gak tau lagi sih sekarang..." akhir kalimat seperti ini akan membuka peluang , kesempatan bagi anak untuk mengungkakpkan kondisi yang dialaminya, biasanya anak akan menanggapi kata kata ortunya dengan, " lho gak pa, ma, di tempatku itu kek gini, gni....." inilah awal masuknya pengetahuan baru mengenai dunia si anak dari si anak kepada orang tua.
 
dan dengan terbukanya komunikasi dua arah yang hangat dalam keluarga seperti inilah, maka orang tua yang bijak akan berkata, "yaudah gini aja.." biasanya ini adalah saat orang tua memproses situasi sekarang dengan pilihan opsi solusi yang dimiliki berdasarkan pengalaman dan wawasan di masa lalu. inilah saya rasa proses yang benar
 
memang, ada kalanya orang tua saat bertemu anaknya di malam hari, mereka terlalu lelah untuk berdiskusi, sehingga saat memberikan perintah atau larangan kepada anak anak, orang tua seringkali memilih cara instan, saat itu hanya ingin dituru...ti tnpa banyak tnya apalagi protes. hal itu saya rasa sahs ah saja, namun ada baiknya cara instan itu ditebus di keesokan harinya dengan penjelasan singkat, sehingga anak menjadi lebih paham akan keputusan orang tuanya. tidak mustahil apa yang diputuskan orang tua di malam hari dengan cara instan akan berubah di pagi hari saat suasana lebih fresh dan kedua pihak lebih siap untuk saling bertukar informasi. ^-^a
 
seperti hanya makanan dan minuman, menggunakan yang instan instan sah sah saja asal jangan berlebihan dan dijadikan alat utama untuk berkomunikasi dn mendidik anak. karena menggunakan sesuatu yang instan terus menerus tanpa diimbangi sesuat...u yang normal dan alami, dalam hal ini adalah interaksi dan proses komunikasi yan sehat dalam keluarga, maka akan membawa efek buruk bagi anak di masa depan.
 
sekali lagi, apapun sikap orang tua di hadapan anak, inilah yang akan dijadikan frame of reference bagi anak saat bersentuhan dengan dunia luar sperti teman, komunitas dan organisasi. bagaimana cara orang tua membuat keputusan yang mungkin bagi anak dirasa sedikit arogan dan otoriter karena tidak memberi kesempatan kepada mereka untuk berkomunikasi, dan bertukar informasi dengan baik, akan dijadikan contoh saat anak berada di luar. inilah yang saya maksudkan bahwa saat seorang anak mendapatkan contoh yang baik di dalam keluarga, maka ia akan membagi kebaikan yg ia dapatkan hingga memberikan manfaat positif yang nyata di lingkungannya.
 
saya ingin sekali konsep ini bisa dimanfaatkan banyak keluarga di indonesia, sepanjang orang tua mau membuka diri untuk menyadari hal ini dan bersedia untuk berubah demi generasi muda bangsa yang lebih baik. semoga ibu dan keluarga sehat selalu 
 
Maju dan Jayalah selalu INDONESIAKU

Thursday 12 May 2011

LEADERSHIP IN TRANSITION (2)

By Lukmanpelu - Lukmantheaglewing


KONSEP DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN

Manajemen membutuhkan informasi sebagai dasar pengambilan keputusan mereka. Sistem informasi mempunyai peranan yang penting dalam menyediakan inf untuk manajemen setiap tingkatan. Tiap2 kegiatan dan keputusan manajemen yg berbeda membutuhkan informasi yang berbeda. Oleh kana itu untk dpt menyediakan informasi yg relevan dan berguna bagi manajemen, maka pengembang system informasi hrs memahami terlebih dahulu kegiatan yang dilakukan oleh manajemen dan tipe keputusannya.


A.TIPE KEGIATAN MANAJEMEN
Kegiatan manajemen dihubungkan dengan tingkatannya didalam organisasi dibagi menjadi 3 bagian :

1.Perencanaan strategic : merupakan kegiatan manajemen tingkat atas, sebagai proses evaluasi lingkungan luar organisasi, penerapan tujuan organisasi, dan penentuan strategi-strategi.
= Proses evaluasi lingkungan luar organisasi : Lingkungan luar dapat mempengaruhi jalannya organisasi, oleh karena itu manajemen tingkat atas hrs pandai mengevaluasinya, hrs dpt bereaksi thd kesempatan2 yg diberikan oleh lingkungan luar, misal produk baru, pasar baru. Selain itu manajemen tingkat atas hrs tanggap terhadap tekanan2 dari lingkungan luar yg merugikan organisasi dan sedapat mungkin mengubah tekanan menjadi kesempatan.
= Penetapan tujuan adalah apa yg igin dicapai oleh organisasi berdasarkan visi yg dimiliki oleh manajemen. Misalnya tujuan perusahaan adalah dlm waktu 5 thn menjadi penjual terbesar didalam industri dgn menguasai 60% pasar.
= Penentuan strategi : Manajemen tkt atas menentukan tindakan2 yg hrs dilakukan oleh organisasi dengan maksud untk mencapai tujuan2nya. Dengan strategi semua kemampuan yg berupa sumberdaya2 dikerahkan supaya tujuan organisasi dapat diraih.

2.Pengendalian manajemen : system untuk meyakinkan bahwa organisasi telah menjalankan strategi yg sudah ditetapkan secara efektif dan efisien. Ini merupakan tingkatan taktik(tactical Level), yaitu bagaimana manajemen tingkat menengah menjalankan taktik supaya perencanaan strategi dapat dilakukan dengan berhasil. Taktik yg dijalankan biasanya bersifat jangka pendek ± 1 thn.
Proses pengendalian manajemen terdiri dari : pembuatan program kerja, penyusunan anggaran, pelaksanaan dan pengukuran, pelaporan dan analisis.

3.Pengendalian operasi : Sistem untuk meyakinkan bahwa tiap-tiap tugas tertentu telah dilaksanakan secara efektif dan efisien. Ini merupakan penerapan program yang telah ditetapkan di pengendalian manajemen.Pengendalian operasi dilakukan dibawah pedoman proses pengendalian manajemen dan difokuskan pada tugas2 tingkat bawah.

B.TIPE KEPUTUSAN MANAJEMEN
Pengambilan keputusan ( Decision making) : adalah tindakan manajemen dalam pemilihan alternative untuk mencapai sasaran.
Keputusan dibagi dalam 3 tipe :
1.Keputusan terprogram/keputusan terstruktur : keputusan yg berulang2 dan rutin, sehingga dapt diprogram. Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan terutama pd manjemen tkt bawah. Co:/ keputusan pemesanan barang, keputusan penagihan piutang,dll.

2.Keputusan setengah terprogram / setengah terstruktur : keputusan yg sebagian dpt diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tdk terstruktur. Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan2 serta analisis yg terperinci. Co:/ Keputusan membeli sistem komputer yg lebih canggih, keputusan alokasi dana promosi.

3.Keputusan tidak terprogram/ tidak terstruktur : keputusan yg tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di manajemen tingkat atas. Informasi untuk pengambilan keputusan tdk terstruktur tdk mudah untuk didapatkan dan tdk mudah tersedia dan biasanya berasal dari lingkungan luar. Pengalaman manajer merupakan hal yg sangat penting didalam pengambilan keputusan tdk terstruktur. Keputusan untuk bergabung dengan perusahaan lain adalah contoh keputusan tdk terstruktur yg jarang terjadi.

C.TIPE INFORMASI
Sistem informasi sekarang peranannya tdk hanya sebagai pengumpul data dan mengolahnya menjadi informasi berupa laporan2 keuangan saja, tetapi mempunyai peranan yg lebih penting di dalam menyediakan informasi bagi manajemen untuk fungsi2 perencanaan, alokasi2 sumber daya, pengukuran dan pengendalian. Laporan2 dari sistem informasi memberikan informasi kepada manajemen mengenai permasalahan2 yg terjadi didalam organisasi untuk menjadi bukti yg berguna didalam menentukan tindakan yg diambil. Sistem informasi menyediakan 3 macam tipe informasi :
1.Informasi pengumpulan data (Scorekeeping information) : informasi yang berupa akumulasi atau pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan. Berguna bagi manajer bawah untuk mengevaluasi kinerja personil-personilnya.
2.Informasi Pengarahan perhatian (attention directing information) : membantu manajemen memusatkan perhatian pada masalah-masalah yg menyimpang, ketidakberesan. Informasi ini membantu manajemen menengah untuk melihat penyimpangan2 yg terjadi.
3.Informasi Pemecahan masalah (Problem Solving information) : informasi untuk membantu para manajer atas mengambil keputusan memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Problem solving biasanya dihubungkan dgn keputusan yg tidak berulang-ulang serta situasi yg membutuhkan analisis yg dilakukan oleh manajemen tingkat atas.

D.KARAKTERISTIK INFORMASI
Untuk mendukung keputusan yang akan dilakukan oleh manajemen, maka manajemen membutuhkan informasi yg berguna. Untuk tiap2 tingkatan manajemen dengan kegiatan yg berbeda-beda, dibutuhkan informasi yg berbeda-beda pula, karakteristik informasi ini antara lain :
1.Kepadatan Informasi : untuk manajemen tingkat bawah, karakteristik informasinya adalah terperinci(detail) dan kurang padat, krn terutama digunakan untuk pengendalian operasi. Sedang untuk manajemen yg lebih tinggi tingkatannya, mempunyai karakteristik informasi yg semakin tersaring(terfilter), lebih ringkas dan padat.

2.Luas Informasi : manjemen bawah karakteristik inf. Adalah terfokus pada suatu masalah tertentu, krn digunakan oleh manajer bawah yg mempunyai tugas yg khusus. Untuk manajer tingkat tinggi, karakteristik inf yg semakin luas, karena manajemen atas berhubungan dengan masalah yg luas.

3.Frekuensi informasi : Manajemen tingkat bawah frekuensi inf yg diterimanya adalah rutin, krn digunakan oleh manajer bawah yg mempunyai tugas yg terstruktur dgn pola yg berulang2 dari waktu ke waktu. Manajem tingkat tinggi, frekuensi informasinya adalah tidak rutin atau adhoc (mendadak), krn manajemen atas berhubungan dengan pengambilan keputusan tdk terstruktur yg pola dan waktunya tdk jelas.
4.Waktu Informasi : Manajemen tingkat bawah, inf yg dibutuhkan adalah if historis, krn digunakan oleh manajer bawah di dalam pengendalian operasi yg memeriksa tugas2 rutin yg sudah terjadi. Untuk manajemen tingkat tinggi, waktu inf lebih ke masa depan berupa inf prediksi krn digunakan untuk pengambilan keputusan strategik yg menyangkut nilai masa depan.

5.Akses Informasi : Level bawah membutuhkan inf yg periodenya berulang2, sehingga dapat disediakan oleh bagian sistem inf yg memberikan dalam bentuk laporan periodik. Dengan demikian akses inf tdk dapat secara on line, tetapi dapat secara off line. Sebaliknya untuk level lebib tinggi, periode inf yg dibutuhkan tdk jelas, sehingga manajer2 tingkat atas perlu disediakan akses on line untuk mengambil inf kapan pun mereka membutuhkan.

6.Sumber Informasi : Karena manajemen tingkat bawah lebih berfokus pd pengendalian internal perusahaan, maka manajer2 tingkat bawah lebih membutuhkan inf dgn data yg bersumber dari internal perusahaan sendiri, tetapi manajer tingkat atas lebih berorientasi pada masalah perencanaan strategik yg berhubungan dengan lingkungan luar perusahaan, shg membutuhkan inf dgn data yg bersumber pd eksternal perusahaan.

E.PERAN MANAJEMEN, menurut Henry Mintzberg
1.Peran Interpersonal : peran hubungan personal dapat terdiri dari : = figur kepala (figur head) : manajer mewakili organisasi
untuk kegiatan2 diluar organisasi.
=pemimpin(leader) : manajer mengkoordinasi, mengendalikan, memotivasi, dan mendukung bawahan-
bawahannya.
= penghubung (liaison) : manajer menghubungkan
personal2 di semua tingkatan manajemen.

2.Peran Informational : peran dari manajer sebagai pusat syaraf (nerve center) organisasi untuk menerima informasi yg paling mutakhir dan sebagai penyebar ( disseminator) informasi keseluruh personal di organisasi. Peran informasi lainnya adalah manajer sebagai juru bicara (spokesman) untuk menjawab pertanyaan2 tentang informasi yg dimilikinya.

3.Peran decisional : yang dilakukan oleh manajer adalah sebagai entreprenuer, sebagai orang yg menangani gangguan, sebagai orang yg mengalokasikan sumber2 dayaorganisasi, dan sebagai negosiator jika terjadi konflik di dalam organisasi.

F.TAHAPAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Simon (1960) memperkenalkan empat aktivitas dalam proses pengambilan keputusan :
1.Intelligence : Pengumpulan informasi untuk mengidentifikasikan permasalahan.
2.Design : Tahap perancangan solusi dalam bentuk alternatif2 pemecahan masalah.
3.Choice : Tahap memilih dari solusi dari alternatif2 yg disediakan.
4.Implementation : Tahap melaksanakan keputusan dan melaporkan hasilnya.

Media Relations , Theory and Fact By MR. Tarsih Eka Putra

Dalam sebuah workshop “Integrated PR Strategy with others Department for Maximum Result”, yang diprakarsai oleh XP Training dan digelar selama tiga hari di Bali pada tanggal 5 – 7 Desember 2007 yang diikuti oleh corporate secretary, external department serta departemen lain diluar PR dari beberapa oil company, penulis berkesempatan menyampaikan materi bertajuk Media Relations antara teori dan fakta. Kenapa tajuk ini saya anggap penting untuk dipahami oleh peserta workhop? Ada beberapa hal yang sering saya temukan dalam praktik dilapangan disaat menjalankan fungsi media relations sebagai bagian dari Public Relations, seperti seorang media relations dalam teori sebagai seorang executor atau sub bagian dari departemen PR yang menjalankan strategi dan perencanaan program yang dibuat oleh PR Department dalam sebuah organisasi.

Seiring dengan perkembangan yang ada dan tingginya kebutuhan oranisasi akan tenaga yang menguasai secara baik seluk beluk media dengan network dan kedekatannya, kini tumbuh dan berkembang pula jasa yang mengkhususkan pada bidang media relations ini. Dua hal ini menjadi pertimbangan utama dalam penyuguhan materi media relations antara teori dan fakta dilapangan selain juga adanya permintaan tentang bagaimana menggunakan media massa untuk keuntungan perusahaan (meminimalisasi/misunderstanding/miscommunication) atau juga buat keuntungan diri anda sendiri. Tentu sudah sangat dimengerti bahwa secara teori, media relations memiliki fungsi atau peran pertama berkenaan dengan komunikasi, kedua berkenaan dengan pemberian informasi atau memberi tanggapan pada pemberitaan media atas nama organisasi atau klien. Kenapa demikian? Hal ini lebih dikarenakan dewasa ini media massa sudah menjadi bagian dari banyak orang. Nyaris tak ada kegiatan yang tak melibatkan media massa dalam kehidupan kita. Oleh karenanya, organisasi mau tidak mau membutuhkan sebuah hubungan baik dengan media yang oleh praktisi PR menjadi salah satu roh penting dalam aktivitas Public Relations.

Frank Wylie (mantan ketua Masyarakat Public Relations Amerika (PRSA/Public Relations Society of America) — dalam Interpreter, mei 1997 mengemukakan sebuah penemuan yang menarik terkait dengan aktivitas atau kerja seorang Public Relation Officer. Dalam uraiannya ini Frank memilahnya menjadi antara Senior Public Relations Officer dan Junior Public Relations Officer tentang bagaimana masing-masing menjalankan fungsinya. Menurutnya, Public Relation Officer (Senior) 10% waktunya dihabiskan untuk hal-hal teknis, kemudian 40% nya untuk urusan administratif, dan sisanya 50% untuk menganalisa dan menilai. Kemudian bagi junior public relations officer, 50% waktunya dihabiskan untuk hal-hal teknis, kemudian 5% nya untuk urusan penilaian, dan 45% sisanya untuk menjalankan apa saja.

Hal teknis di atas terkait dengan ketrampilan kita dalam menulis siaran pers, membuat laporan liputan media atau mendokumentasikan kegiatan sedangkan analisis adalah kegiatan yang membutuhkan intligensia tentang bagaimana menghadapi / menanggapi opini publik, membaca kecenderungan, atau merumuskan permasalahan berdasarkan berbagai data yang dimilikinya.

Pemaparan di atas memang tidak secara spesifik berkaitan dengan fungsi dan tugas seorang media relations officer, melainkan penekanan pada kompetensi seorang PR yang selain harus memiliki kemampuan teknis juga harus menguasai dan mampu membuat sebuah analisa akan perkembangan opini publik atau perusahaan/ organisasi. Kembali lagi kepada definisi media relations, secara teori seperti dalam glosarium, media relations adalah berhubungan dengan para wartawan dalam upaya untuk membina hubungan yang baik dengan media siaran, cetak, dan online. Dari sini Media Relations Officer bisa juga disebut sebagai perpanjangan tangan PR dalam membina hubungan baik dengan media massa. Melihat tugas media relations tersebut jelas bahwasannya peran seorang media relations dalam menyukseskan program dan perencanaan strategi PR menjadi sangat krusial dan penting walaupun tetap saja bisa disebut sebagai seorang executor dari program-program PR.

Menjawab pertanyaan peserta tentang bagaimana praktik dan fakta yang ada dilapangan serta banyaknya organisasi yang tetap memilih/menujuk seorang media relations dari luar organisasi, ini tentu tidak bisa disama ratakan. Pertama mungkin saja dalam departemen PR (humas) organisasi tersebut belum memiliki staff media relations yang memang dekat dan memiliki hubungan baik dengan media atau lebih pada soal efektivitas dan simplisitas. Tak ada yang salah dengan dua pertimbangan ini. Karena urusan menjaga, menjalin dan membina hubungan baik denganmedia memang bukan sesuatu hal yang mudah. Secara sederhana bisa diilustrasikan bahwasanya menjalin hubungan baik dengan media ini seperti halnya kita menjalin hubungan dengan pasangan. Sangat kompleks dan banyak hal yang musti diperhatikan. Dengan demikian tak ada salahnya organisasi mempercayakan hal ini kepada orang yang memang memiliki selain network ke media juga kedekatan hubungan dengan masing-masing media termasuk memahami secara baik seluk-beluk media massa. Terlebih dewasa ini telah banyak jasa media relations uang ada, baik itu secara personal maupun ada terorganisir.

Faktor lainnya adalah biaya. Kebanyakan jasa media relations yang ditawarkan selain sangat terjangkau, hasil yang diberikan pun juga cukup professional dan memuaskan. Hal tersebut mungkin dianggap lebih paktis bagi beberapa organisasi, namun demikian bagi sebagian organisasi lainnya lebih memilih menggunakan jasa PR secara menyeluruh dengan mengundang atau menunjuk perusahaan yang bergerak di bidang PR Consultant atau tak sedikit organisasi yang memilih memberdayakan peran dan fungsi PR di dalam organisasinya dengan mengikutsertakan staff PR, corporate secretary atau external communications atau departemen lain ke berbagai pelatihan baik secara general membahas tentang PR atau secara khusus tentang media relations yang di dalamnya terdapat banyak hal mulai dari pemetaan media (mediascape), pemahaman alur kerja media hingga bagaimana cara berhadapan dan menjalin hubungan dengan media, bagaimana membuat sebuah event yang menarik dan melibatkan media seta aspek-aspek lainnya hingga teknik penulisan naskah Public Relations. Hal ini bisa jadi adalah pilihan tepat guna mencetak staff yang handal berkenaan dengan komunikasi sehingga mampu menjalankan fungsi PR sebagai jembatan antara organisasi dengan publiknya.

Media Relations = Event OrganizerFakta yang terjadi dilapangan, baik media relations officer maupun independent media relations menjalankan fungsinya lebih dari sekedar menjalin dan menjaga hubungan baik kepada para wartawan (media) dengan berusaha secara aktif memenuhi kebutuhannya akan informasi guna mendapatkan publisitas bagi organisasinya. Seorang media relations officer atau independent media relations juga harus menjalankan fungsinya dalam mempersiapkan, mengatur dan menyelenggarakan event (press conference / editor gathering / lainnya) termasuk juga melakukan fungsi memonitor, kliping dan menganalisa publisitas (atau sering disebut sebagai aktivitas event management) yang ada terkait dengan pemberitaan organisasi.

Di tingkatan ini, media relations officer setelah menyelesaikan tahapan-tahapan dalam event management hingga membuat sebuah report dari kegiatan publisitas tersebut kemudian menyerahkannya ke public relation officer / manager yang selanjutnya dibahas di tingkat manajemen. Hasil dari kegiatan ini kemudian bisa digunakan sebagai masukan maupun bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan organisasi selanjutnya. Seoran media relations officer kemudian kembali menjalankan fungsinya dalam berusaha menjalin da membinahubungan baik dengan media termasuk menindak lanjuti program publisitas yang diselenggarakan. Ada beberapa kegiatan yang biasa dilakukan setelah event berlangsung yang bertujuan untuk tetap menginformasikan progress dari kegiatan yang telah dijalankan. Misalkan acara tersebut adalah acara press conference dalam rangka ”Paparan Publik dan Penawaran Perdana Saham (Initial Public Offering / IPO). Untuk jenis kegiatan ini kerja media relations belumlah selesai setela menyerahkan laporan publisitas atas kegiatan tersebut. Hal ini dikarenakan ada langkah-langkah lanjutan terkait dengan program IPO sebuah perusahaan, yakni waktu bookbuilding, kemudian tahap masa penawaran, masa penjatahan dan masa pencatatan di Bursa. Untuk event ini kerja seorang media relations dituntut sangat ekstra keras dan senantiasa mengikuti perkembangan disatu sisi dan di sisi lain seorang media relations juga secara continue akan dihubungi oleh pihak media yang selalu ingin tahu perkembangan program organisasi. Sehingga selain kecepatan informasi yang dibutuhkan media harus dipenuhi, seorang media relations juga harus pandai-pandai dalam menghadapi media dan manajemen.

Waktu kerja dan tingkatan tuntutan kerja seorang media relations dalam event ini tentu akan berbeda dengan event lainnya, seperti event launching, special event, event RUPS, dan event lainya yang bersifat sekali selesai. Di sinilah seorang media relations juga menjalankan fungsinya sebagai seorang event organizer. Bedanya event organizer (eo) secara umum bersentuhan dengan publik yang luas sedangkan seorang media relations yang event organizer ini lebih fokus pada media sebagai publik.

Dari pemaparan di atas, kalau boleh disederhanakan pemahaman akan fungsi dan peran media relations officer dalam organisasi adalah menjalankan fungsi dan perannya sebagai eksekutor atau perpanjangan tangan dari rencana dan program PR, namun demikian jika ditilik dari praktiknya dilapangan, seorang media relations officer adalah event organize bagi organisasi. Berbeda dengan seorang independent media relations, dalam organisasi biasanya selain menjalankan program dan rencana PR dari organisasi yang menunjuknya juga dituntut secara kreatif dan inovatif untuk memberikan sebuah program media yang baik dan menguntungkan. Lebih jauh, seorang independent media relations juga harus memberikan service yang menyeluruh mulai dari konsep, perencanaan dan penanganan event maupun dalam menghadapi media termasuk mempersiapkan konsep dan format undangan media, prss release yang kemudian dikemas dalam bentuk press kit juga secara professional menjalankan tugasnya dalam melakukan monitoring, tracking, analisa dan reporting.

Sekali lagi, seiring dengan perkembangan dan tuntutan jaman menurut saya tak ada salahnya bagi individu yang memutuskan untuk terjun secara professional menjadi seorang media relations. Tentu saja penguasaan akan hal teknis, netwoking yang bagus kepada media, pemahaman tentang public relations, kemampuan menganalisa dan menganggapi perkembangan opini publik serta penguasaan aspek-aspek terkait dengan peran dan fungsi Public Relations menjadi syarat mutlak. Penguasaan teori itu sangat penting, namun kesiapanmenghadapi dunia nyata terkait dengan dunia komunikasi dan khususnya media menjadi hal yang tak kalah pentingnya.

CRISIS. YOU CAN RUN BUT YOU CAN HIDE... DONT RUN.. FACE IT, HANDLE IT, WALK THROUGH IT.

dimulai dari apa yang akan anda lakukan jika anda menghadapi suatu krisis di perusahaan? Lari!

Sembunyi? pura pura gak terjadi apa apa..?


TIDA BISSAA OHHH TIDA BISSAAA.... begitu kata Sule OVJ

Kita tidak bisa lari dari krisis. intinya krisis itu masalah, entah itu krisis di perusahaan ato di kehidupan kita. bahsa kerennya.. You can run, but you cant hide... sejauh jauh kita berlari, akhirnya hanya berhadapan dengan satu pilihan, HADAPI. entah kita memilih lari dulu sampe gak kuat baru menyerah dan menghadapinya, atau kita memilih menyiapkan diri dar awal.

maka tidak punya pilihan lain selain mengelolanya secara cerdas sehingga tidak semakin membawa kerugian yang lebih jauh bagi perusahaan dong....

gini ya....


Krisis memiliki empat karakteristik. Seeger, Sellnow dan Ulmer menjelaskan bahwa crisis adalah "specific, unexpected, dan event -event tidak rutin atau serial event yang menciptakan ketidakpastian yang tinggi (high levels of uncertainty) dan ancaman (threat) atau ancaman yang dipandang sebagai tujuan dengan prioritas tinggi dalam suatu orgainisasi.

Tiga karakter utama dari krisis adalah bahwa event itu adalah

1. tidak diharapkan (unexpected) seperti kejutan,

2. menciptakan ketidakpastian, dan

3. tampak sebagai mengancam tujuan-tujuan penting.

Venette berpendapat, "crisis adalah suatu proses transformasi dimana sistem lama tidak dapat lagi dikelola." Karena itu definisi keempat secara lebih kualitatif adalah kebutuhan untuk berubah (the need for change). Jika perubahan tidak dibutuhkan, even dapat secara akurat didiskripsikan sebagai kegagalan.

Nah terus bagaimana mengelola suatu krisis? Ya balik lagi tadi di awal, ujung ujungnya juga tidak ada pilihan lain, lakukan analisis secara cepat dan cermat. Kecermatan dan kecepatan diperlukan sebelum krisis menjadi melebar. Melakukan riset dengan cepat dan seksama adalah kunci keberhasilan dalam menghadapi krisis.

kenapa harus cepat dan cermat. kalo cuma cepet tapi gak cermat, salah salah kasi informasi malah keliatan sekedar membela diri... kalo cermat tapi lambat, malah kesannya kayak kelamaan menyusun strategi konspirasi hahahah

yang bener emang cepat dan cermat, seperti yang saya dapetin dari kuliah saya, salah satu prinsip PR dalam berkomunikasi saat krisis adalah, tell the truth ( about how,when and where you say it, tergantung banyak faktor juga...) and tell it fast.

Satu hal yang harus diperhatikan dalam mengelola krisis adalah reputasi. Inilah faktor yang menjadi tujuan dalam pemecahan krisis. Dengan reputasi yang baik, anda akan mendapatkan dukungan baik secara internal maupun eksternal perusahaan.